22 April, 2010

Kopi Merapi




Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca tentang sejarah kopi yang ternyata penuh dengan lika-liku dan intrik yang tidak sederhana.Ya..kopi memang nikmat,dan kenikmatan dalam secangkir kopi ternyata menyimpan cerita panjang yang berdarah-darah. Sejarah kopi berhubungan erat dengan kejayaan negara arab waktu itu, kolonialisme, percobaan biologi ilmiah, penyebaran bibit kopi yang menelan banyak korban dan penuh intrik kelicikan dan cerita-cerita tentang keserakahan manusia, bahkan juga berhubungan dengan program "tanam paksa" yang mengerikan itu.

Ah..semua itu hanyalah sejarah yang kadang ditulis dengan hiperbolis. Tapi tetap saja menarik :D

Kembali ke kopi merapi. Saya memang pernah mendengar varietas jenis ini, tapi baru kemaren saya berkesempatan mencoba merasakan. Saya membeli kopi ini di kedai sederhana milik KUB Kebun Makmur di Jl. Kaliurang Km 19,9 Dusun Sawungan, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Tetapi sayangnya saya baru merasakan jenis kopi arabica. Lain waktu akan saya coba yang robusta. Anda sudah tahu perbedaan kedua jenis kopi ini kan??

Kopi merapi ditanam di lereng gunung merapi dengan penanaman organik. Sifat sifat tanah vulkanis hasil kegiatan gunung api mempengaruhi rasa, bentuk dan warna kopi ini. Dan yang jadi nilai plus, kopi ini adalah kopi asli, tanpa campuran, tanpa tambahan penyedap apapun. Benar benar asli.

Seduhan kopi merapi cenderung berwarna coklat, encer (tidak kental) dan tidak ada material yang mengapung di permukaan air. Aromanya khas, harum dan enak, meski menurut saya pribadi, aromanya kalah dengan Kopi toraja.

Ketika cairan kopi masuk ke kerongkongan, terasa lembut, nikmat dan ada sensasi rasa "aneh" yang melenakan (belakangan saya tahu kalo rasa "aneh" itu diberi nama "semriwing"). Hal ini berbeda sekali ketika sama minum kopi pabrikan (misal kopi kapal geni). Rasa kopi pabrikan cenderung "menghentak", kuat dan mantab, tetapi kurang nikmat. Bolehkan saya bilang kalo rasa kopi pabrikan lebih "meledak". Umumnya kopi-kopi keluaran pabrikan seperti itu telah dicampuri bahan-bahan lain sehingga aroma dan rasanya lebih mantap. Bahkan dalam dunia perkopian dikenal ada 15 jenis bahan penyedap kopi.

Berbeda sekali..Kopi merapi arabica cenderung halus dan lembut. Rasa halus dan lembut terasa lamat - lamat di lidah dan kerongkongan. Dan hebatnya, rasa lembut itu masih terasa meskipun kita sudah selesai meminum tetes terakhir setengah jam yang lalu. Menurut penjualnya, kopi merapi lebih nikmat dibuat dengan pemanis gula aren (palm sugar). dan itu sudah saya buktikan..pedagangnya gak bohong. Kelembutan dan kenikmatan kopi merapi arabica akan bertambah berlipat lipat ketika kita memakai gula aren sebagai pemanis, bukan gula pasir biasa.

Yach..kopi merapi memang nikmat..bahkan sangat nikmat. Meskipun begitu, sepertinya kita masih akan menunggu cukup lama untuk bisa melihat kopi merapi go nasional, apalagi international. Dari sumber harian kedaulatan rakyat, Produksi kopi khas jogja ini baru 20 tan pertahun, dengan luas lahan 200 hektar. Ini belum ada apa apanya dibanding di daerah lain yang mencapai ribuan hektar.

Masalah yang lain, lebih banyak petani memilih menanami lahan kosong di lereng merapi dengan kolonjono sebagai pakan ternak, daripada ditanami kopi yang panennya hanya setahun sekali. Selain itu biji kopi membutuhkan penangananan pasca panen yang rumit dibanding hasil perkebunan yang lain.

Banyak hal yang membuat kopi merapi kehilangan pamor di daerah sendiri, tapi untuk masalah rasa, saya berani jamin, Kopi merapi tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan berbagai keunggulan seperti yang telah saya ceritakan.

5 comments:

panda mengatakan...




Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca tentang sejarah kopi yang ternyata penuh dengan lika-liku dan intrik yang tidak sederhana.Ya..kopi memang nikmat,dan kenikmatan dalam secangkir kopi ternyata menyimpan cerita panjang yang berdarah-darah. Sejarah kopi berhubungan erat dengan kejayaan negara arab waktu itu, kolonialisme, percobaan biologi ilmiah, penyebaran bibit kopi yang menelan banyak korban dan penuh intrik kelicikan dan cerita-cerita tentang keserakahan manusia, bahkan juga berhubungan dengan program "tanam paksa" yang mengerikan itu.

Ah..semua itu hanyalah sejarah yang kadang ditulis dengan hiperbolis. Tapi tetap saja menarik :D

Kembali ke kopi merapi. Saya memang pernah mendengar varietas jenis ini, tapi baru kemaren saya berkesempatan mencoba merasakan. Saya membeli kopi ini di kedai sederhana milik KUB Kebun Makmur di Jl. Kaliurang Km 19,9 Dusun Sawungan, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Tetapi sayangnya saya baru merasakan jenis kopi arabica. Lain waktu akan saya coba yang robusta. Anda sudah tahu perbedaan kedua jenis kopi ini kan??

Kopi merapi ditanam di lereng gunung merapi dengan penanaman organik. Sifat sifat tanah vulkanis hasil kegiatan gunung api mempengaruhi rasa, bentuk dan warna kopi ini. Dan yang jadi nilai plus, kopi ini adalah kopi asli, tanpa campuran, tanpa tambahan penyedap apapun. Benar benar asli.

Seduhan kopi merapi cenderung berwarna coklat, encer (tidak kental) dan tidak ada material yang mengapung di permukaan air. Aromanya khas, harum dan enak, meski menurut saya pribadi, aromanya kalah dengan Kopi toraja.

Ketika cairan kopi masuk ke kerongkongan, terasa lembut, nikmat dan ada sensasi rasa "aneh" yang melenakan (belakangan saya tahu kalo rasa "aneh" itu diberi nama "semriwing"). Hal ini berbeda sekali ketika sama minum kopi pabrikan (misal kopi kapal geni). Rasa kopi pabrikan cenderung "menghentak", kuat dan mantab, tetapi kurang nikmat. Bolehkan saya bilang kalo rasa kopi pabrikan lebih "meledak". Umumnya kopi-kopi keluaran pabrikan seperti itu telah dicampuri bahan-bahan lain sehingga aroma dan rasanya lebih mantap. Bahkan dalam dunia perkopian dikenal ada 15 jenis bahan penyedap kopi.

Berbeda sekali..Kopi merapi arabica cenderung halus dan lembut. Rasa halus dan lembut terasa lamat - lamat di lidah dan kerongkongan. Dan hebatnya, rasa lembut itu masih terasa meskipun kita sudah selesai meminum tetes terakhir setengah jam yang lalu. Menurut penjualnya, kopi merapi lebih nikmat dibuat dengan pemanis gula aren (palm sugar). dan itu sudah saya buktikan..pedagangnya gak bohong. Kelembutan dan kenikmatan kopi merapi arabica akan bertambah berlipat lipat ketika kita memakai gula aren sebagai pemanis, bukan gula pasir biasa.

Yach..kopi merapi memang nikmat..bahkan sangat nikmat. Meskipun begitu, sepertinya kita masih akan menunggu cukup lama untuk bisa melihat kopi merapi go nasional, apalagi international. Dari sumber harian kedaulatan rakyat, Produksi kopi khas jogja ini baru 20 tan pertahun, dengan luas lahan 200 hektar. Ini belum ada apa apanya dibanding di daerah lain yang mencapai ribuan hektar.

Masalah yang lain, lebih banyak petani memilih menanami lahan kosong di lereng merapi dengan kolonjono sebagai pakan ternak, daripada ditanami kopi yang panennya hanya setahun sekali. Selain itu biji kopi membutuhkan penangananan pasca panen yang rumit dibanding hasil perkebunan yang lain.

Banyak hal yang membuat kopi merapi kehilangan pamor di daerah sendiri, tapi untuk masalah rasa, saya berani jamin, Kopi merapi tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan berbagai keunggulan seperti yang telah saya ceritakan.

parto_sentono mengatakan...




Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca tentang sejarah kopi yang ternyata penuh dengan lika-liku dan intrik yang tidak sederhana.Ya..kopi memang nikmat,dan kenikmatan dalam secangkir kopi ternyata menyimpan cerita panjang yang berdarah-darah. Sejarah kopi berhubungan erat dengan kejayaan negara arab waktu itu, kolonialisme, percobaan biologi ilmiah, penyebaran bibit kopi yang menelan banyak korban dan penuh intrik kelicikan dan cerita-cerita tentang keserakahan manusia, bahkan juga berhubungan dengan program "tanam paksa" yang mengerikan itu.

Ah..semua itu hanyalah sejarah yang kadang ditulis dengan hiperbolis. Tapi tetap saja menarik :D

Kembali ke kopi merapi. Saya memang pernah mendengar varietas jenis ini, tapi baru kemaren saya berkesempatan mencoba merasakan. Saya membeli kopi ini di kedai sederhana milik KUB Kebun Makmur di Jl. Kaliurang Km 19,9 Dusun Sawungan, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Tetapi sayangnya saya baru merasakan jenis kopi arabica. Lain waktu akan saya coba yang robusta. Anda sudah tahu perbedaan kedua jenis kopi ini kan??

Kopi merapi ditanam di lereng gunung merapi dengan penanaman organik. Sifat sifat tanah vulkanis hasil kegiatan gunung api mempengaruhi rasa, bentuk dan warna kopi ini. Dan yang jadi nilai plus, kopi ini adalah kopi asli, tanpa campuran, tanpa tambahan penyedap apapun. Benar benar asli.

Seduhan kopi merapi cenderung berwarna coklat, encer (tidak kental) dan tidak ada material yang mengapung di permukaan air. Aromanya khas, harum dan enak, meski menurut saya pribadi, aromanya kalah dengan Kopi toraja.

Ketika cairan kopi masuk ke kerongkongan, terasa lembut, nikmat dan ada sensasi rasa "aneh" yang melenakan (belakangan saya tahu kalo rasa "aneh" itu diberi nama "semriwing"). Hal ini berbeda sekali ketika sama minum kopi pabrikan (misal kopi kapal geni). Rasa kopi pabrikan cenderung "menghentak", kuat dan mantab, tetapi kurang nikmat. Bolehkan saya bilang kalo rasa kopi pabrikan lebih "meledak". Umumnya kopi-kopi keluaran pabrikan seperti itu telah dicampuri bahan-bahan lain sehingga aroma dan rasanya lebih mantap. Bahkan dalam dunia perkopian dikenal ada 15 jenis bahan penyedap kopi.

Berbeda sekali..Kopi merapi arabica cenderung halus dan lembut. Rasa halus dan lembut terasa lamat - lamat di lidah dan kerongkongan. Dan hebatnya, rasa lembut itu masih terasa meskipun kita sudah selesai meminum tetes terakhir setengah jam yang lalu. Menurut penjualnya, kopi merapi lebih nikmat dibuat dengan pemanis gula aren (palm sugar). dan itu sudah saya buktikan..pedagangnya gak bohong. Kelembutan dan kenikmatan kopi merapi arabica akan bertambah berlipat lipat ketika kita memakai gula aren sebagai pemanis, bukan gula pasir biasa.

Yach..kopi merapi memang nikmat..bahkan sangat nikmat. Meskipun begitu, sepertinya kita masih akan menunggu cukup lama untuk bisa melihat kopi merapi go nasional, apalagi international. Dari sumber harian kedaulatan rakyat, Produksi kopi khas jogja ini baru 20 tan pertahun, dengan luas lahan 200 hektar. Ini belum ada apa apanya dibanding di daerah lain yang mencapai ribuan hektar.

Masalah yang lain, lebih banyak petani memilih menanami lahan kosong di lereng merapi dengan kolonjono sebagai pakan ternak, daripada ditanami kopi yang panennya hanya setahun sekali. Selain itu biji kopi membutuhkan penangananan pasca panen yang rumit dibanding hasil perkebunan yang lain.

Banyak hal yang membuat kopi merapi kehilangan pamor di daerah sendiri, tapi untuk masalah rasa, saya berani jamin, Kopi merapi tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan berbagai keunggulan seperti yang telah saya ceritakan.

kisah panda mengatakan...




Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca tentang sejarah kopi yang ternyata penuh dengan lika-liku dan intrik yang tidak sederhana.Ya..kopi memang nikmat,dan kenikmatan dalam secangkir kopi ternyata menyimpan cerita panjang yang berdarah-darah. Sejarah kopi berhubungan erat dengan kejayaan negara arab waktu itu, kolonialisme, percobaan biologi ilmiah, penyebaran bibit kopi yang menelan banyak korban dan penuh intrik kelicikan dan cerita-cerita tentang keserakahan manusia, bahkan juga berhubungan dengan program "tanam paksa" yang mengerikan itu.

Ah..semua itu hanyalah sejarah yang kadang ditulis dengan hiperbolis. Tapi tetap saja menarik :D

Kembali ke kopi merapi. Saya memang pernah mendengar varietas jenis ini, tapi baru kemaren saya berkesempatan mencoba merasakan. Saya membeli kopi ini di kedai sederhana milik KUB Kebun Makmur di Jl. Kaliurang Km 19,9 Dusun Sawungan, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Tetapi sayangnya saya baru merasakan jenis kopi arabica. Lain waktu akan saya coba yang robusta. Anda sudah tahu perbedaan kedua jenis kopi ini kan??

Kopi merapi ditanam di lereng gunung merapi dengan penanaman organik. Sifat sifat tanah vulkanis hasil kegiatan gunung api mempengaruhi rasa, bentuk dan warna kopi ini. Dan yang jadi nilai plus, kopi ini adalah kopi asli, tanpa campuran, tanpa tambahan penyedap apapun. Benar benar asli.

Seduhan kopi merapi cenderung berwarna coklat, encer (tidak kental) dan tidak ada material yang mengapung di permukaan air. Aromanya khas, harum dan enak, meski menurut saya pribadi, aromanya kalah dengan Kopi toraja.

Ketika cairan kopi masuk ke kerongkongan, terasa lembut, nikmat dan ada sensasi rasa "aneh" yang melenakan (belakangan saya tahu kalo rasa "aneh" itu diberi nama "semriwing"). Hal ini berbeda sekali ketika sama minum kopi pabrikan (misal kopi kapal geni). Rasa kopi pabrikan cenderung "menghentak", kuat dan mantab, tetapi kurang nikmat. Bolehkan saya bilang kalo rasa kopi pabrikan lebih "meledak". Umumnya kopi-kopi keluaran pabrikan seperti itu telah dicampuri bahan-bahan lain sehingga aroma dan rasanya lebih mantap. Bahkan dalam dunia perkopian dikenal ada 15 jenis bahan penyedap kopi.

Berbeda sekali..Kopi merapi arabica cenderung halus dan lembut. Rasa halus dan lembut terasa lamat - lamat di lidah dan kerongkongan. Dan hebatnya, rasa lembut itu masih terasa meskipun kita sudah selesai meminum tetes terakhir setengah jam yang lalu. Menurut penjualnya, kopi merapi lebih nikmat dibuat dengan pemanis gula aren (palm sugar). dan itu sudah saya buktikan..pedagangnya gak bohong. Kelembutan dan kenikmatan kopi merapi arabica akan bertambah berlipat lipat ketika kita memakai gula aren sebagai pemanis, bukan gula pasir biasa.

Yach..kopi merapi memang nikmat..bahkan sangat nikmat. Meskipun begitu, sepertinya kita masih akan menunggu cukup lama untuk bisa melihat kopi merapi go nasional, apalagi international. Dari sumber harian kedaulatan rakyat, Produksi kopi khas jogja ini baru 20 tan pertahun, dengan luas lahan 200 hektar. Ini belum ada apa apanya dibanding di daerah lain yang mencapai ribuan hektar.

Masalah yang lain, lebih banyak petani memilih menanami lahan kosong di lereng merapi dengan kolonjono sebagai pakan ternak, daripada ditanami kopi yang panennya hanya setahun sekali. Selain itu biji kopi membutuhkan penangananan pasca panen yang rumit dibanding hasil perkebunan yang lain.

Banyak hal yang membuat kopi merapi kehilangan pamor di daerah sendiri, tapi untuk masalah rasa, saya berani jamin, Kopi merapi tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan berbagai keunggulan seperti yang telah saya ceritakan.

dudu mengatakan...




Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca tentang sejarah kopi yang ternyata penuh dengan lika-liku dan intrik yang tidak sederhana.Ya..kopi memang nikmat,dan kenikmatan dalam secangkir kopi ternyata menyimpan cerita panjang yang berdarah-darah. Sejarah kopi berhubungan erat dengan kejayaan negara arab waktu itu, kolonialisme, percobaan biologi ilmiah, penyebaran bibit kopi yang menelan banyak korban dan penuh intrik kelicikan dan cerita-cerita tentang keserakahan manusia, bahkan juga berhubungan dengan program "tanam paksa" yang mengerikan itu.

Ah..semua itu hanyalah sejarah yang kadang ditulis dengan hiperbolis. Tapi tetap saja menarik :D

Kembali ke kopi merapi. Saya memang pernah mendengar varietas jenis ini, tapi baru kemaren saya berkesempatan mencoba merasakan. Saya membeli kopi ini di kedai sederhana milik KUB Kebun Makmur di Jl. Kaliurang Km 19,9 Dusun Sawungan, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Tetapi sayangnya saya baru merasakan jenis kopi arabica. Lain waktu akan saya coba yang robusta. Anda sudah tahu perbedaan kedua jenis kopi ini kan??

Kopi merapi ditanam di lereng gunung merapi dengan penanaman organik. Sifat sifat tanah vulkanis hasil kegiatan gunung api mempengaruhi rasa, bentuk dan warna kopi ini. Dan yang jadi nilai plus, kopi ini adalah kopi asli, tanpa campuran, tanpa tambahan penyedap apapun. Benar benar asli.

Seduhan kopi merapi cenderung berwarna coklat, encer (tidak kental) dan tidak ada material yang mengapung di permukaan air. Aromanya khas, harum dan enak, meski menurut saya pribadi, aromanya kalah dengan Kopi toraja.

Ketika cairan kopi masuk ke kerongkongan, terasa lembut, nikmat dan ada sensasi rasa "aneh" yang melenakan (belakangan saya tahu kalo rasa "aneh" itu diberi nama "semriwing"). Hal ini berbeda sekali ketika sama minum kopi pabrikan (misal kopi kapal geni). Rasa kopi pabrikan cenderung "menghentak", kuat dan mantab, tetapi kurang nikmat. Bolehkan saya bilang kalo rasa kopi pabrikan lebih "meledak". Umumnya kopi-kopi keluaran pabrikan seperti itu telah dicampuri bahan-bahan lain sehingga aroma dan rasanya lebih mantap. Bahkan dalam dunia perkopian dikenal ada 15 jenis bahan penyedap kopi.

Berbeda sekali..Kopi merapi arabica cenderung halus dan lembut. Rasa halus dan lembut terasa lamat - lamat di lidah dan kerongkongan. Dan hebatnya, rasa lembut itu masih terasa meskipun kita sudah selesai meminum tetes terakhir setengah jam yang lalu. Menurut penjualnya, kopi merapi lebih nikmat dibuat dengan pemanis gula aren (palm sugar). dan itu sudah saya buktikan..pedagangnya gak bohong. Kelembutan dan kenikmatan kopi merapi arabica akan bertambah berlipat lipat ketika kita memakai gula aren sebagai pemanis, bukan gula pasir biasa.

Yach..kopi merapi memang nikmat..bahkan sangat nikmat. Meskipun begitu, sepertinya kita masih akan menunggu cukup lama untuk bisa melihat kopi merapi go nasional, apalagi international. Dari sumber harian kedaulatan rakyat, Produksi kopi khas jogja ini baru 20 tan pertahun, dengan luas lahan 200 hektar. Ini belum ada apa apanya dibanding di daerah lain yang mencapai ribuan hektar.

Masalah yang lain, lebih banyak petani memilih menanami lahan kosong di lereng merapi dengan kolonjono sebagai pakan ternak, daripada ditanami kopi yang panennya hanya setahun sekali. Selain itu biji kopi membutuhkan penangananan pasca panen yang rumit dibanding hasil perkebunan yang lain.

Banyak hal yang membuat kopi merapi kehilangan pamor di daerah sendiri, tapi untuk masalah rasa, saya berani jamin, Kopi merapi tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan berbagai keunggulan seperti yang telah saya ceritakan.

parto_sentono mengatakan...




Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca tentang sejarah kopi yang ternyata penuh dengan lika-liku dan intrik yang tidak sederhana.Ya..kopi memang nikmat,dan kenikmatan dalam secangkir kopi ternyata menyimpan cerita panjang yang berdarah-darah. Sejarah kopi berhubungan erat dengan kejayaan negara arab waktu itu, kolonialisme, percobaan biologi ilmiah, penyebaran bibit kopi yang menelan banyak korban dan penuh intrik kelicikan dan cerita-cerita tentang keserakahan manusia, bahkan juga berhubungan dengan program "tanam paksa" yang mengerikan itu.

Ah..semua itu hanyalah sejarah yang kadang ditulis dengan hiperbolis. Tapi tetap saja menarik :D

Kembali ke kopi merapi. Saya memang pernah mendengar varietas jenis ini, tapi baru kemaren saya berkesempatan mencoba merasakan. Saya membeli kopi ini di kedai sederhana milik KUB Kebun Makmur di Jl. Kaliurang Km 19,9 Dusun Sawungan, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Tetapi sayangnya saya baru merasakan jenis kopi arabica. Lain waktu akan saya coba yang robusta. Anda sudah tahu perbedaan kedua jenis kopi ini kan??

Kopi merapi ditanam di lereng gunung merapi dengan penanaman organik. Sifat sifat tanah vulkanis hasil kegiatan gunung api mempengaruhi rasa, bentuk dan warna kopi ini. Dan yang jadi nilai plus, kopi ini adalah kopi asli, tanpa campuran, tanpa tambahan penyedap apapun. Benar benar asli.

Seduhan kopi merapi cenderung berwarna coklat, encer (tidak kental) dan tidak ada material yang mengapung di permukaan air. Aromanya khas, harum dan enak, meski menurut saya pribadi, aromanya kalah dengan Kopi toraja.

Ketika cairan kopi masuk ke kerongkongan, terasa lembut, nikmat dan ada sensasi rasa "aneh" yang melenakan (belakangan saya tahu kalo rasa "aneh" itu diberi nama "semriwing"). Hal ini berbeda sekali ketika sama minum kopi pabrikan (misal kopi kapal geni). Rasa kopi pabrikan cenderung "menghentak", kuat dan mantab, tetapi kurang nikmat. Bolehkan saya bilang kalo rasa kopi pabrikan lebih "meledak". Umumnya kopi-kopi keluaran pabrikan seperti itu telah dicampuri bahan-bahan lain sehingga aroma dan rasanya lebih mantap. Bahkan dalam dunia perkopian dikenal ada 15 jenis bahan penyedap kopi.

Berbeda sekali..Kopi merapi arabica cenderung halus dan lembut. Rasa halus dan lembut terasa lamat - lamat di lidah dan kerongkongan. Dan hebatnya, rasa lembut itu masih terasa meskipun kita sudah selesai meminum tetes terakhir setengah jam yang lalu. Menurut penjualnya, kopi merapi lebih nikmat dibuat dengan pemanis gula aren (palm sugar). dan itu sudah saya buktikan..pedagangnya gak bohong. Kelembutan dan kenikmatan kopi merapi arabica akan bertambah berlipat lipat ketika kita memakai gula aren sebagai pemanis, bukan gula pasir biasa.

Yach..kopi merapi memang nikmat..bahkan sangat nikmat. Meskipun begitu, sepertinya kita masih akan menunggu cukup lama untuk bisa melihat kopi merapi go nasional, apalagi international. Dari sumber harian kedaulatan rakyat, Produksi kopi khas jogja ini baru 20 tan pertahun, dengan luas lahan 200 hektar. Ini belum ada apa apanya dibanding di daerah lain yang mencapai ribuan hektar.

Masalah yang lain, lebih banyak petani memilih menanami lahan kosong di lereng merapi dengan kolonjono sebagai pakan ternak, daripada ditanami kopi yang panennya hanya setahun sekali. Selain itu biji kopi membutuhkan penangananan pasca panen yang rumit dibanding hasil perkebunan yang lain.

Banyak hal yang membuat kopi merapi kehilangan pamor di daerah sendiri, tapi untuk masalah rasa, saya berani jamin, Kopi merapi tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan berbagai keunggulan seperti yang telah saya ceritakan.